Rabu, 19 September 2012

TEORI BELAJAR NATIVISME


Aliran Nativisme adalah aliran yang lebih menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan dianggap kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Tokoh aliran Nativisme adalah Schopenhaur (filsuf Jerman 1788-1860) berpendapat bahwa bayi lahir itu sudah dengan bawaan baik dan buruk. Istilah Nativisme dari asal kata natie yang artinya adalah terlahir. Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir. Oleh karena itu, hasil pendidikan ditentukan oleh bakat yang dibawa sejak lahir. Dengan demikian, menurut aliran ini, keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu sendiri. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu sendiri.
         Tetapi pembawaan bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan perkembangan, masih banyak faktor lain yang mampengaruhinya. Pandangan konvergensi akan memberikan penjelasan tentang kedua faktor yaitu pambawaan (hereditas) dan dan lingkungan dalam perkembangan anak. Terdapat suatu pokok pendapat aliran nativisme yang berpengaruh luas yakni bahwa dalam diri individu terdapat suatu “inti“ pribadi (G.Leibnitz;Monad) yang mendorong manusia untuk mewujudkan diri, menentukan pilihan kemauan sendiri, dan menempatkan manusia sebagai makhluk aktif yang mempunyai kemauan bebas. Pandanga-pandangan tersebut tampak antara lain humanistic psychologi (Carl R.Rogers) ataupun phenomenologi/ humanistik lainnya.
Pendapat dari pendekatan phenomenologi/humanistik (Milhollan dan Forisha):
1. Pendekatan aktualisasi diri atau non-direktif (client centered) dari Cart R.Rogers dan Abraham Maslow.
2. Pendekatan ’’Pendekatan Constructs’’ (George A.Kelly) yang menekankan memahami hubungan ’’transaksional’’ antara manusia dan lingkungannya sebagai bekal memahami perilakunya.
3. Pendekatan ’’Search for Meaning’’ dengan aplikasinya sebagai Logoterapy dari Victor Franki yang mengungkapkan batapa pentingnya semangat (human spirit) untuk mengatasi berbagai tantangan/masalah yang dihadapi.
         Berdasarkn pada teori belajar di atas, sehingga dapat dihubungkan dengan gaya belajar yang dimiliki oleh manusia yang pada umumnya disesuaikan dengan pembawaan yang dimiliki manusia:
Ø  Audio yaitu proses belajar yang lebih mengarah pada indrea  pendengar
Ø  Visual yaitu proses belajar yang lebih mengarah pada hal penglihat
Ø  Kinestetik atau gerak.
         Namun dalam proses belajar, keberhasilan tersebut tentunya tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.
1.      Kematangan siswa                      6.  Motivasi sosial
2.      Interjensi                                     7.  Kondisi lingkungan
3.      Latihan                                        8.  Komunikasi keluarga
4.      Motipasi                                      9.  Lembaga kependidikan
5.      Sifat pribadi                                10. Sarana prasarana
6.      Cara pembelajaran
         Adapun proses belajar di atas untuk setiap anak berbeda dan disesuaikan dengan bakat atau sifat bawaan yang menurut paham Natitivisem tiap anak memiliki bakat atau sifat yang berbeda, sehinggan tiap anak memerlukn proses tersendiri seperti pada kematangan siswa yang terjadi pada anak. Pada anak tertentu dapat lebih awal dari anak pada umumya, sehingga apabila ditempatkan pada seusianya anak tersebut tentu lebih unggul dan beitupun sebalikna ada sebagian anak yang tingkat kematangannya lebih lambat dari anak-anak pada umumnya. Sehingga apabila di tempatkan pada anak seusia ya anak tersebut menjadi teringgal.
Adpun hubungannya dengan hal-hal yang diperlukan manusia dalam proses bermasyarakat yaitu:
Ø  Fisiologis, adalah merupkan jasmani manusia, misalnya makan, minum, tidur, isitrahat, dan sebagainya. Untuk belajar yang efektif dan efisien, siswa harus dalam keadaan sehat, karena jika dalam keadaan sakit hal itu dapat mengganggu kerja otak.      
Ø  Rasa aman, ketika kebutuhan fisiologis seseorang telah terpenuhi secara layak, kebutuhan akan rasa aman mulai muncul. Keadaan aman, stabilitas, proteksi dan keteraturan akan menjadi kebutuhan yang meningkat. Jika tidak terpenuhi, maka akan timbul rasa cemas dan takut sehingga dapat menghambat pemenuhan kebutuhan lainnya tidak terkecuali pada saat belajar, karena seseorang sedang belajar tentu mengharapkan keadaan aman di sekitarnya, hal itu dapat kita lihat perbedaan pertumbuhan anak-anak yang berada di tempat aman jauh lebih berkembang daya pikirnya disbanding anak-anak yang berada di daerah yang sering terjadi kerusuhan atau peperangan.
Ø  Penghargaan , kemudian, setelah ketiga kebutuhan di atas terpenuhi, akan timbul kebutuhan akan harga diri. Menurut Maslow, terdapat dua jenis, yaitu lower one dan higher one. Lower one berkaitan dengan kebutuhan seperti status, atensi, dan reputasi. Sedangkan higher one berkaitan dengan kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, prestasi, kemandirian, dan kebebasan. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka dapat timbul perasaan rendah diri dan inferior. Lebih singkatnya seseorang anak yang belajar tentu mengharapkan penghargaan yang telah dicapainya, penghargaan dapat berup pujian atau hal-hal lain yang menyenangka hal itu membuat sang anak termotipasi untuk terus belajar.
Ø  Aktualisasi, kebutuhan terakhir menurut hirarki kebutuhan Maslow adalah kebutuhan akan aktualisasi diri. Jenis kebutuhan ini berkaitan erat dengan keinginan untuk mewujudkan dan mengembangkan potensi diri. Menurut Abraham Maslow, kepribadian bisa mencapai peringkat teratas ketika kebutuhan-kebutuhan primer ini banyak mengalami interaksi satu dengan yang lain, dan dengan aktualisasi diri seseorang akan bisa memanfaatkan faktor potensialnya secara sempurna.

2 komentar: